1. Dasar
Metodologi Pelatihan
Metodologi
pelatihan adalah strategi dan metode yang digunakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan kurikulum pelatihan. Keterpaduan dalam hal ini merupakan
keterpaduan tingkat individual, yakni berkenaan dengan interaksi antara pelatih
dan peserta latihan, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan perilaku
pada diri para peserta bersangkutan setelah dilaksanakannya pelatihan tersebut.
Ada
tiga hal yang sangat ensensial perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
metodologi pelatihan, ialah perencanaan pelatihan, metode pelatihan, dan media
pelatihan. Rencana pelatihan disusun berdasarkan kurikulum pelatihan yang
mengacupada pengembangan kemampuan (kompetensi) para peserta. Metode pelatihan
adalah cara-cara dan teknik komunikasu yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan
dan melaksanakan proses pembelajaran. Media pelatihan adalah berbagai alat dan
teknik komunikasi sebagai alat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, baik oleh
pelatih maupun oleh para peserta.
Pemilihan
dan penggunaan metode dan media komunilkasi pembelajaran tersebut perlu
mempertimbangkan hal-hal, sebagai berikut:
1. Tujuan
pelatihan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang metitikberatkan pada
perubahan perilaku peserta.
2. Bahan
yang akan disampaikan, berupa materi pelajaran yang disusun dalam garis-garis
besar program pembelajaran.
3. Waktu
yang tersedia, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.
4. Kemampuan
palatih menggunakan metode dan media komunikasi dalam proses pembelajaran.
5. Tingkat
kemampuan peserta khususnya perilaku awal.
Metodologi
pelatihan harus dilandasi oleh konsep
dan prinsip-prinsip belajar mengajar karena pada dasarnya pelatihan adalah memberikan
kemudahan kepada peserta latihan untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif.
Dengan cara belajar ini, peserta berusaha merumuskan masalah, mencari data dan
memecahkan masalah sendiri.
2. Metode
Pelatihan
Ada
sejumlah alternative metode pelatihan yang dapat dipilih dan digunakan sesuai
dengan kebutuhan proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan oleh pelatih.
a. Metode
Komunikasi Ekspositif
Pengajaran
kelas menggunakan berbagai strategi dan taktik. Prosedurnya tergantung pada
keterlibatan pelatih, tujuan yang hendak dicapai, besarnya kelompok dan
factor-faktor lainnya. Ada dua system yang termasuk dalam model ini, ialah:
1) Sistem
satu arah. Tanggung jawab untuk menstransferkan informasi terletak pada
pelatih. Pada peserta bersikap pasif terhap apa, bagaimana, perlu tidaknya
komunikasi itu, tak ada balikan efektif dan pihak peserta kepada pelatih
kecuali menunjukkan rasa senang atau tidak senang. Pola ini berorientasi pada
isi materi bukan pada tujuan yang hendak dicapai.
2) System
dua arah. Pada system ini terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta
menerima informasi dengan tepat. Jika sudah, maka pelatih akan memodifikasi
cara penyajiannya dan bila sambutan peserta ternyata belum tepat, maka pelatih
akan memodifikasi sambutan tersebut.
b. Metode
Komunikasi Diskoveri
Model
ini lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok. Kendati tidak semua peserta
terlibat dalam proses discovery namun model ini bermanfaat bagi peserta
latihan. Pola ini dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau
komunikasu dua arah, tergantung pada besarnya kelas:
1) Ceramah
reflektif. Pendekatan ini berdasarkan penyajian satu arah oleh pelatih.
Prosedur penyajian dalam bentuk peserta melakukan diskoveri di depan kelas.
Pelatih mengajukan masalah dan kemudian
peserta memecahkan masalah tersebut melalui proses diskoveri.
2) Diskoveri
terbimbing. Pendekatan ini melibatkan para peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pelatih. Peserta melakukan diskoveri, sedangkan pelatih
membimbingnya kea rah yang tepat dan benar. pelatih dapat melibatkan semua
peserta dalam proses ini dalam kelompok yang lebih kecil.
c. Teknik
komunikasi kelompok kecil
Kelompok
kecil yang terdiri dari 10orang peserta dapat melakukan komunikasi dua arah
secara efektif. Teknik-teknik yang dapat digunakan, ialah:
1) Tutorial
penerangan. Metode ini dianggap sebagai cara belajar ideal, karena satu orang
tutor berhadapkan dengan satu orang peserta. Teknik ini penting terutama untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan konseptual. Tutor memiliki peluang
yang luas untuk mendiagnosis kesulitan dan kelemahan tiap peserta secara cermat
dan teliti. Pada situasi ini pelatih dan tutor menyajikan sedangkan peserta
menyerapnya.
2) Tutorial
kelompok. Seseorang pelatih membimbing satu kelompok peserta, yang terdiri dari
lima samapi tujuh orang pada waktu yang sama. Turorial kelompok menitikberatkan
pada bimbingan terhadap individu-individu dalam kelompok.
3) Lokakarya.
Peserta mendapati informasi tentang prosedur kerja dan asas-asas pelaksanaan
suatu topic dengan metode tertentu. Selanjutnya para peserta menerapkan
informasi tersebut dalam pekerjaannya.
4) Diskusi
kelompok. Pemimpin kelompok merumuskan topic yang akan dibahas dan bertindak
sebagai ketua kelompok. Kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaean
pengalaman pemikiran dan informasi di kalangan para peserta sendiri.
d. Pembelajaran
berprogram
Model
ini dapat dilihat sebagai proses yakni proses umum untuk merancang materi
pelajaran, dan dapat dilihat sebagai produk yakni suatu bentuk system
pembelajaran di mana peserta belajar sendiri untuk mencapai tujuan tingkah laku dengan menggunakan materi pelajaran yang
telah disiapkan sebelumnya, serta tidak memerlukan dukungan dari pihak pelatih.
Program ini dikembangkan dalam berbagai bentuk, ialah:
1) Teks
program linier. System pembelajaran yang terprogram yang menggunakan teks
program. Struktur teks berbentuk linier yang tersusun dalam urutan tertentu
pada satu garis linier. Teks linier merupakanserangkaian latihan yang
menyajikan informasi dan berbagai kesempatan praktek yang dilengkapi dengan
alat uji. Peserta harus menguasai tiap latihan sebelum melakukan latihan
berikutnya.
2) Teks
program bercabang. Bentuk linier dan benruk bercabang dapat dicampurkan menjadi
satu teknik yang mengandung berbagai kemungkinan, yang dapat digunakan untuk
setiap latihan. Teknik ini digunakan baik untuk materi yang deprogram maupun
yang tidak deprogram, yang dikembangkan dalam pembelajaran program.
3) Media
yang diprogram. Prinsip-prinsip pembelajaran berprogram dapat juga diterapkan
dalam media pembelajaran yang digunakan dalam rangka belajar mandiri, misalnya,
penggunaan video tape dalam rangka system turorial, yang dilengkapi dengan
slide dan kaset, sehingga hasil belajar lebih mantap.
e. Pelatihan
dalam industry
Metode
ini mengembangkan pendekatan standar pengajaran dan latihan dalam pekerjaan.
Prosedur latihan lebih sederhana terutama dalam latihan industry. Metode ini
diterapkan dalam latihan seperti: latihan kepemimpinan, latihan pekerjaan.
Bentuk program menggunakan dua kolom yakni langkah-langkah apa yang akan dikerjakan dan kolom perilaku
(bagaimana mengerjakannya).
f. Teknik
stimulasi
Teknik
stimulasi dapat digunakan hamper pada semua pelatihan-pelatihan yang
berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan ketrampilan menuntut
praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata (dalam pekerjaan tertentu) atau
dalam situasi simulasi yang mengandung cirri-ciri kehidupan yang nyata. Latihan
stimulasi, berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan.
Latihan
ketrampilan kognitif, misalnya latihan memecahkan maslah: menyusun perencanaan,
membuat keputusan dan sebagainya.
Latihan keterampilan psikomotir adalah untuk memberikan pengalaman misalnya
cara mencegah bahaya, menghemat penggunakan perlengkapan produktif.
Latihan
ketrampilan reaktif adalah untuk mengembangkan sikap dan nilai yang bertalian
dengan gejala-gejala social, misalnya masalah keluarga.
Latihan
ketrampilan interaktif adalah untuk bidang social dan bisnis dengan bermain
peran.
g. Metode
studi kasus
Metode
ini merupakan suatu bentuk simulasi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman
kepada peserta tentang cara membuat keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan
lebih lanjut. Latihan memecahkan kasus-kasus social. Kasus-kasu yang dipelajari
berdasarkan kejadian nyata, menggunakan informasi yang ada, tidak terlalu
sederhana, sesuai dengan minat peserta dan punya dampak tertentu terhadap
peserta. Pelaksanaan studi kasus dimulai dari menghimpun data dari berbagai
sumber tentang kasus itu, menafsirkannya, merumuskan kesimpulan dan upaya
pemecahan serta upaya perbaikan.[1]
[1] Hamslik,
Oemalik. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi
Aksara. 2005
p963k3nhrpd545 male sex toys,dildos,sex toys,vibrators,penis rings,cheap sex toys,dual stimulator,women sexy toys,dildos q278d6iqgot605
BalasHapus