Minggu, 26 Oktober 2014

Metode Pelatihan Senin, 20 Oktober 2014

1.    Dasar Metodologi Pelatihan
Metodologi pelatihan adalah strategi dan metode yang digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum pelatihan. Keterpaduan dalam hal ini merupakan keterpaduan tingkat individual, yakni berkenaan dengan interaksi antara pelatih dan peserta latihan, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan perilaku pada diri para peserta bersangkutan setelah dilaksanakannya pelatihan tersebut.
Ada tiga hal yang sangat ensensial perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan metodologi pelatihan, ialah perencanaan pelatihan, metode pelatihan, dan media pelatihan. Rencana pelatihan disusun berdasarkan kurikulum pelatihan yang mengacupada pengembangan kemampuan (kompetensi) para peserta. Metode pelatihan adalah cara-cara dan teknik komunikasu yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan dan melaksanakan proses pembelajaran. Media pelatihan adalah berbagai alat dan teknik komunikasi sebagai alat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, baik oleh pelatih maupun oleh para peserta.
Pemilihan dan penggunaan metode dan media komunilkasi pembelajaran tersebut perlu mempertimbangkan hal-hal, sebagai berikut:
1.    Tujuan pelatihan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang metitikberatkan pada perubahan perilaku peserta.
2.    Bahan yang akan disampaikan, berupa materi pelajaran yang disusun dalam garis-garis besar program pembelajaran.
3.    Waktu yang tersedia, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.
4.    Kemampuan palatih menggunakan metode dan media komunikasi dalam proses pembelajaran.
5.    Tingkat kemampuan peserta khususnya perilaku awal.
Metodologi  pelatihan harus dilandasi oleh konsep dan prinsip-prinsip belajar mengajar karena pada  dasarnya pelatihan adalah memberikan kemudahan kepada peserta latihan untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif. Dengan cara belajar ini, peserta berusaha merumuskan masalah, mencari data dan memecahkan masalah sendiri.
2.    Metode Pelatihan
Ada sejumlah alternative metode pelatihan yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan oleh pelatih.
a.    Metode Komunikasi Ekspositif
Pengajaran kelas menggunakan berbagai strategi dan taktik. Prosedurnya tergantung pada keterlibatan pelatih, tujuan yang hendak dicapai, besarnya kelompok dan factor-faktor lainnya. Ada dua system yang termasuk dalam model ini, ialah:
1)    Sistem satu arah. Tanggung jawab untuk menstransferkan informasi terletak pada pelatih. Pada peserta bersikap pasif terhap apa, bagaimana, perlu tidaknya komunikasi itu, tak ada balikan efektif dan pihak peserta kepada pelatih kecuali menunjukkan rasa senang atau tidak senang. Pola ini berorientasi pada isi materi bukan pada tujuan yang hendak dicapai.
2)    System dua arah. Pada system ini terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta menerima informasi dengan tepat. Jika sudah, maka pelatih akan memodifikasi cara penyajiannya dan bila sambutan peserta ternyata belum tepat, maka pelatih akan memodifikasi sambutan tersebut.
b.    Metode Komunikasi Diskoveri
Model ini lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok. Kendati tidak semua peserta terlibat dalam proses discovery namun model ini bermanfaat bagi peserta latihan. Pola ini dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasu dua arah, tergantung pada besarnya kelas:
1)    Ceramah reflektif. Pendekatan ini berdasarkan penyajian satu arah oleh pelatih. Prosedur penyajian dalam bentuk peserta melakukan diskoveri di depan kelas. Pelatih  mengajukan masalah dan kemudian peserta memecahkan masalah tersebut melalui proses diskoveri.
2)    Diskoveri terbimbing. Pendekatan ini melibatkan para peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pelatih. Peserta melakukan diskoveri, sedangkan pelatih membimbingnya kea rah yang tepat dan benar. pelatih dapat melibatkan semua peserta dalam proses ini dalam kelompok yang lebih kecil.
c.    Teknik komunikasi kelompok kecil
Kelompok kecil yang terdiri dari 10orang peserta dapat melakukan komunikasi dua arah secara efektif. Teknik-teknik yang dapat digunakan, ialah:
1)    Tutorial penerangan. Metode ini dianggap sebagai cara belajar ideal, karena satu orang tutor berhadapkan dengan satu orang peserta. Teknik ini penting terutama untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan konseptual. Tutor memiliki peluang yang luas untuk mendiagnosis kesulitan dan kelemahan tiap peserta secara cermat dan teliti. Pada situasi ini pelatih dan tutor menyajikan sedangkan peserta menyerapnya.
2)    Tutorial kelompok. Seseorang pelatih membimbing satu kelompok peserta, yang terdiri dari lima samapi tujuh orang pada waktu yang sama. Turorial kelompok menitikberatkan pada bimbingan terhadap individu-individu dalam kelompok.
3)    Lokakarya. Peserta mendapati informasi tentang prosedur kerja dan asas-asas pelaksanaan suatu topic dengan metode tertentu. Selanjutnya para peserta menerapkan informasi tersebut dalam pekerjaannya.
4)    Diskusi kelompok. Pemimpin kelompok merumuskan topic yang akan dibahas dan bertindak sebagai ketua kelompok. Kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaean pengalaman pemikiran dan informasi di kalangan para peserta sendiri.
d.    Pembelajaran berprogram
Model ini dapat dilihat sebagai proses yakni proses umum untuk merancang materi pelajaran, dan dapat dilihat sebagai produk yakni suatu bentuk system pembelajaran di mana peserta belajar sendiri untuk mencapai tujuan tingkah  laku dengan menggunakan materi pelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, serta tidak memerlukan dukungan dari pihak pelatih. Program ini dikembangkan dalam berbagai bentuk, ialah:
1)    Teks program linier. System pembelajaran yang terprogram yang menggunakan teks program. Struktur teks berbentuk linier yang tersusun dalam urutan tertentu pada satu garis linier. Teks linier merupakanserangkaian latihan yang menyajikan informasi dan berbagai kesempatan praktek yang dilengkapi dengan alat uji. Peserta harus menguasai tiap latihan sebelum melakukan latihan berikutnya.
2)    Teks program bercabang. Bentuk linier dan benruk bercabang dapat dicampurkan menjadi satu teknik yang mengandung berbagai kemungkinan, yang dapat digunakan untuk setiap latihan. Teknik ini digunakan baik untuk materi yang deprogram maupun yang tidak deprogram, yang dikembangkan dalam pembelajaran program.
3)    Media yang diprogram. Prinsip-prinsip pembelajaran berprogram dapat juga diterapkan dalam media pembelajaran yang digunakan dalam rangka belajar mandiri, misalnya, penggunaan video tape dalam rangka system turorial, yang dilengkapi dengan slide dan kaset, sehingga hasil belajar lebih mantap.
e.    Pelatihan dalam industry
Metode ini mengembangkan pendekatan standar pengajaran dan latihan dalam pekerjaan. Prosedur latihan lebih sederhana terutama dalam latihan industry. Metode ini diterapkan dalam latihan seperti: latihan kepemimpinan, latihan pekerjaan. Bentuk program menggunakan dua kolom yakni langkah-langkah  apa yang akan dikerjakan dan kolom perilaku (bagaimana mengerjakannya).
f.     Teknik stimulasi
Teknik stimulasi dapat digunakan hamper pada semua pelatihan-pelatihan yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan ketrampilan menuntut praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata (dalam pekerjaan tertentu) atau dalam situasi simulasi yang mengandung cirri-ciri kehidupan yang nyata. Latihan stimulasi, berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan.
Latihan ketrampilan kognitif, misalnya latihan memecahkan maslah: menyusun perencanaan, membuat  keputusan dan sebagainya. Latihan keterampilan psikomotir adalah untuk memberikan pengalaman misalnya cara mencegah bahaya, menghemat penggunakan perlengkapan produktif.
Latihan ketrampilan reaktif adalah untuk mengembangkan sikap dan nilai yang bertalian dengan gejala-gejala social, misalnya masalah keluarga.
Latihan ketrampilan interaktif adalah untuk bidang social dan bisnis dengan bermain peran.
g.    Metode studi kasus
Metode ini merupakan suatu bentuk simulasi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada peserta tentang cara membuat keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan lebih lanjut. Latihan memecahkan kasus-kasus social. Kasus-kasu yang dipelajari berdasarkan kejadian nyata, menggunakan informasi yang ada, tidak terlalu sederhana, sesuai dengan minat peserta dan punya dampak tertentu terhadap peserta. Pelaksanaan studi kasus dimulai dari menghimpun data dari berbagai sumber tentang kasus itu, menafsirkannya, merumuskan kesimpulan dan upaya pemecahan serta upaya perbaikan.[1]





[1] Hamslik, Oemalik. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. 2005

1 komentar: