Evaluasi
Pelatihan
Pada
hari senin, 24 Nov 2014 mahasiswa Manajemen Pendidikan 2012 kelas A melakukan
sikusi mengenai “Evaluasi Pelatihan”. Berikut merupakan beberapa rangkuman dari
diskusi yang dilakukan oleh kelompok saya:
Dalam
bahasan yang pertama teman saya memaparkan beberapa definisi evaluasi pelatihan menurut para ahli.
·
Menurut Noe
(2002), evaluasi pelatihan merujuk pada proses mengumpulkan hasil-hasil yang
diperlukan untuk menentukan apakah suatu pelatihan efektif atau tidak.
Yadapadithaya (2001) dalam penelitian yang berjudul “Evaluating Corporate
Training and Development : An Indian Experience” mengemukakan bahwa bentuk
dasar evaluasi pelatihan adalah perbandingan objektif dengan
pengaruh-pengaruhnya untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh pelatihan telah
mencapai tujuannya. Hal senada juga diutarakan oleh Alvarez, Salas dan Garofano
(2004) bahwa evaluasi pelatihan adalah teknik pengukuran untuk mengetahui
sejauh mana program pelatihan memenuhi tujuan-tujuan yang diinginkan. Jadi,
evaluasi pelatihan berfokus pada hasil-hasil pembelajaran yang kemudian hasil
tersebut dibandingkan dengan tujuan awal diselenggarakannya program pelatihan.[1]
·
Menurut Mathis
dan Jackson (2002:31), bahwa evaluasi pelatihan adalah membandingkan
hasil-hasil setelah pelatihan dengan tujuan yang diharapkan para manajer,
pelatih serta peserta pelatihan.[2]
·
Evaluasi
pelatihan adalah suatu proses atas pengumpulan informasi untuk membuat
keputusan tentang kegiatan pelatihan.[3]
·
Evaluasi diklat
adalah sebuah evaluasi yang komprehensif untuk menilai keberhasilan program
diklat, khususnya berkaitan dengan keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran atau tujuan diklat.[4]
Berdasarkan
para ahli tersebut saya mentesiskan Evaluasi pelatihan dapat diartikan sebagai
proses penilaian yang dilakukan dalam suatu kegiatan pelatihan untuk mengukur
seberapa efisien dan efektif kah pelatihan ini dan apakah tujuan dari pelatihan
ini tercapai atau tidak.
Pembahasan
yang kedua adalah mengenai teknik dan
metode evaluasi pelatihan. Ada beberapa teknik dan metode menurut para
ahli. Berikut merupakan paparannya:
Evaluasi program pelatihan dapat dipengaruhi
oleh karakteristik demografi dan 4 metode dalam model evaluasi pelatihan
Kirkpatrick yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Berikut ini
penjelasan tentang model evaluasi pelatihan Kirkpatrick :[5]
1. Reaksi
Peserta; adalah level pertama dan
paling rendah dari evaluasi. Ini mengukur kepekaan peserta mengenai satu
pengalaman belajar berencana. Bentuk yang paling umum dari evaluasi, ini mudah
untuk mengatur dan menyediakan umpan balik secara langsung mengenai pelatih,
fasilitas, bahan, metode MD. Reaksi peserta adalah ukuran dari seluruh
rangkaian kursus ”penelitian kelayakan”, wawancara tidak resmi dengan peserta
dan diskusi kelompok.
Untuk mengakali efektifitas reaksi
peserta, hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1) Memperjelas hal-hal yang mengemuka
yang akan dievaluasi.
2) Mempersiapkan kuesioner, bentuk
wawancara, atau petunjuk diskusi untuk tujuan akhir kursus yang digunakan untuk
evaluasi hal-hal yang mengemuka.
3) Mengatur penelitian, memandu
wawancara, atau mengumpulkan informasi mengenai reaksi peserta.
4) Mengumpulkan hasil-hasil evaluasi.
5) Memberikan umpan balik hasil
evaluasi kepada pihak-pihak terkait.
2. Pengetahuan
Peserta; adalah level kedua dari
hirarki Kirkpatrick atas evaluasi. Ini mengukur seberapa besar kesempatan
peserta sebagai sebuah hasil dari suatu pengalaman pengetahuan. Evaluasi atas
pengetahuan peserta menyempurnakan lebih banyak informasi objektif daripada melakukan
evaluasi atas reaksi peserta. Pengetahuan peserta khusus mengukur dokumen dan
pensil untuk tes, peragaan dan aturan-aturan main, diantara metode-metode
lainnya.
3. Kinerja
Peserta; mengukur bagaimana
peserta pelatihan telah berubah perilakunya akibat program pelatihan ang
diikutinya.
4. Hasil; mengukur apa hasil yang diperoleh, karena
peserta pelatihan mengikuti program pelatihan, misalnya meningkatnya
produktivitas dan lainnya.
Evaluasi Model ROI
Jack
J. Philips melengkapi menjadi pengukuran level 5 yaitu melakukan evaluasi
diklat yang disebut dari sisi tingkat pengembalian diklat (Return On
Investment/ROI) atau biasa juga dikenal dengan istilah Return on Training
Investment/ROI) yaitu mengukur manfaat diklat dibandingkan dengan biayanya.
Pelaksanaan
evaluasi diklat dapat dilakukan dalam empat tahapan utama:[6]
1.
Perencanaan
Evaluasi
Tahap pertama
terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu mengembangkan tujuan evaluasi dan
mengembangkan rencana evaluasi. Pada tahap perencanaan evaluasi diklat ini
perlu memperhatikan tujuan dari program diklat yang hendak dievaluasi sebagai
dasar untuk merencanakan rencana evaluasi. Pemahaman mengenai program diklat
juga akan membantu pada tahap pengumpulan data pada saat evaluasi, baik
evaluasi level 1 dan level 2. Selain itu, perancangan program evaluasi diklat
akan membantu evaluator diklat untuk menetapkan jenis data yang akan diperoleh,
bagaimana mendapatkan data, melakukan isolasi dampak diklat dan lain-lain
2. Pengumpulan Data
Pada tahap
ini evaluator program diklat mengumpulkan data-data yang relevan untuk evaluasi
sesuai dengan rancangan dan tujuan dari evaluasi diklat ini. Dalam evaluasi
diklat, tidak semata-mata hanya mengumpulkan data yang terkait dengan aktifitas
setelah selesai kegiatan program diklat, namun demikian harus juga mengumplkan
data program diklat (tujuan, peserta, metode diklat, dan lain-lain) serta
data-data dan hasil evaluasi dari level 1 dan 2. Gagal mendapatkan data tentang
program diklat, demikian juga gagal mendapatkan hasil evaluasi program diklat
level 1 dan 2, dapat menimbulkan salah dalam pengambilan kesimpulan hasil
evaluasi.
3.
Analisis Dan
Evaluasi Data
Pada tahap
ini yaitu melakukan analisis data yang terdiri dari 5 kegiatan pokok.
Mengisolasi pengaruh pelatihan, mengkonversi data kedalam nilai uang, dapatkan
biaya program pelatihan, hitung ROI, dan identifikasi manfaat lain (intangible benefits). Perencanaan diklat
yang baik akan membantu menetapkan jenis data yang diperoleh, sehingga analisis
dan evaluasi data akan semakin mudah. Dalam analisis dan evaluasi data ini
perlu dipertimbangkan data-data yang relevan dan tidak relevan dalam proses
analisis, termasuk mempertimbangkan dampak dari program diklat. Dalam banyak kasus evaluasi diklat, evaluator
gagal untuk mengisolasi dampak diklat. Contohnya, pengukuran kinerja pasca
diklat, yang mana kinerja yang merupakan hasil dari diklat dan yang mana
kinerja ang bukan merupakan hasil diklat.
Untuk
mengisolasi dampak diklat umumnya dipergunakan “control group”. Control group
akan dibandingkan antara data dan hasil analisis bagi group yang mengikuti
diklat dan group ang tidak mengikuti program diklat.
4.
Pelaksanaan
hasil evaluasi diklat
Melaporkan
seluruh kegiatan yang dilakukan selama proses evaluasi, mulai dari perencanaan
sampai pada kesimpulan dan tindak lanjut. Model evaluasi lain adalah model yang
dikemukakan oleh Tannenbaum, Cannon-Bower, Salas & Mathieu (1993, dalam
Alvarez et, al, 2004). Model ini merupakan perluasaaan dari model Kirkpatrick.
Ada penambahan beberapa dimensi dalam modelnya yaitu posttraining attitudes juga training
performance dan transfer performance
yang keduanya merupakan bagian dari behavior.
Adapun pembelajaran dikaitkan training
performance. Menurut mereka training
performance dikaitkan dengan transfer
performance dan transfer performance
dikaitkan dengan hasil (result),
sedangkan reaksi terhadap pelatihan dan posttraining
attitudes tidak berhubungan dengan target evaluasi sama sekali.[7]
Berdasarkan
banyaknya model evaluasi pelatihan yang ada, Noe (2002) membagi evaluasi
pelatihan menjadi dua pendekatan, yaitu formative
evaluation dan summative evaluation. Formative
evaluation merujuk pada evaluasi yang dilakkan untuk meningkatkan proses
pelatihan. Jadi, formative evaluation
membantu untuk menjamin bahwa program pelatihan terorganisir dengan baik,
berjalan dengan lancar, dan partisipan dapat belajar serta puas dengan program.
Summative evaluation merujuk pada
evaluasi ang dilakukan untuk menentukan tingkat sejauh mana partisipan sudah
berubah sebagai akibat dari mengikuti program pelatihan. Perubahan itu antara
sudah berubah sebagai akibat dari mengikuti program pelatihan. Perubahan itu
antara lain partisipan telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku atau hasil lain yang telah ditentukan sebagai tujuan-tujuan pelatihan.
Summative evaluation ini juga
biasanya mencakup penukuran manfaat pelatihan dalam bentuk moneter yang
diterima perusahaan.
Pembahasan
yang ketiga adalah mengenai Prosedur dan
Proses Evaluasi Pelatihan.
Untuk membuat evaluasi dibutuhkan tiga langkah
pokok, yaitu :[8]
1.
Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang meliputi
materi, penyajian dan pengolahan materi, urutan pelaksanaan sesi, partisipasi
pekerja, kinerja trainer, kerja penyelenggara, suasana training yang tercipta,
tempat akomodasi dan konsumsi, manfaat training bagi peserta, dan
tanggapan/saran untuk perbaikan training yang akan datang.
Data evaluasi dapat dikumpulkan melalui dua
cara, yaitu:
·
Pre test dan post
test, untuk menilai sejauh mana tujuan training tercapai;
·
Pengamatan,
wawancara, kuisoner, daftar cek, daftar isian, dan kesan atau tanggapan
peserta, untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai oleh peserta training.
2.
Langkah kedua, menyusun data itu menjadi suatu kumpulan data
berdasarkan kerangka tertentu. Dari data training yang sudah disusun itu,
ditarik kesimpulan tentang segala sesuatu yang terjadi dalam training, jalannya
training, hasil yang diperoleh peserta training, dari training yang telah
diikuti.
3.
Langkah ketiga adalah membuat analisis data data tentang
pelaksanaan training untuk mengetahui sejauhmana tujuan training tercapai. Jika
tujuan tidak tercapai, maka dicari penyebabnya. Jika tercapai, dicari
faktor-faktor pendukungnya. Dari hasil analisis itu, dibuat kesimpulan bahwa
training dengan segala segi dan unsur-unsurnya sebagai proses pembelajaran dan
perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan peserta
telah mencapai atau tidak mencapai tujuan.
Evaluasi pelatihan tidak dapat
terlepas dari cara-cara evaluasi yang dilakukan. Ada tiga macam cara, menurut
Hardjana (2001:64), yaitu antara lain evaluasi selama proses training
berlangsung, evaluasi pada akhir setiap sesi, dan evaluasi pada akhir seluruh
training.
a. Evaluasi
selama proses training
Selama pelaksanaan training, evaluasi harus
terus menerus diadakan. Evaluasi ini disebut ex temporer atau evaluasi sesaat,
karena dilakukan bersamaan saatnya dengan jalannya training.
Seperti sudah diketahui bahwa
training terdiri dari rangkaian sesi pada awal, tengah, dan akhir training.
Sebelum melaksanakan setiap sesi, sebaiknya trainer (pelatih) sudah merumuskan
tujuan tertentu agar pada waktu pelaksanaan, trainer dapat mengamati apa yang
terjadi dalam training, membuat evaluasi, dan mengambil langkah yang sesuai
untuk mencapai tujuan tiap sesi. Selama kegiatan dalam sesi berlangsung, trainer
mengamati perilaku peserta, keterlibatan peserta dalam training, cara kerja tim
trainer (jika melaksanakan training dalam tim), suasana training, dan kerja
penyelenggara. Berdasarkan hasil pengamatan itu, trainer membuat evaluasi dan
mengambil tindakan yang menurutnya tepat. Tujuan utama evaluasi selama proses
training adalah membantu peserta agar dapat mengikuti training dengan baik
sehingga keseluruhan training mencapai tujuannya.
b. Evaluasi
pada akhir setiap sesi
Setiap sesi mempunyai tujuannya sendiri yang
merupakan bagian dari tujuan seluruh training. Jika tiap-tiap sesi mencapai
tujuannya, maka kemungkinan besar tujuan seluruh training tercapai.
Setelah kegiatan suatu sesi
terlaksana, trainer kemudian membuat evaluasi. Data utama yang dikumpulkan dari
setiap kegiatan dalam sesi meliputi: materi yang disajikan, proses pengolahan
materi, dan manfaat sesi bagi para peserta. Berdasarkan data yang dikumpulkan
itu, trainer membuat analisis mengenai tercapai tidaknya tujuan acara, serta
membuat identifikasi faktor pendukung dan penghambatnya. Berdasarkan hasil
analisis ini, trainer dapat mengambil kesimpulan apakah suatu sesi mencapai
tujuannya atau tidak. Trainer dapat pula mencatat sejauh mana acara berhasil
atau tidak, kemudian mencari sebab-sebabnya.
Jika kesimpulan sudah dibuat, trainer
sebaiknya memperkirakan apakah sesi berikutnya perlu dipertahankan sesuai
program atau tidak diganti dengan sesi lain. Demi tercapainya tujuan seluruh
training, jika dipandang perlu, trainer dapat mengambil langkah untuk
memperbaiki sikap, perilaku, metode training, mengubah metode pengolahan suatu
sesi dalam kelompok kecil atau dalam pleno, atau memberi pengarahan dan
petunjuk kepada peserta untuk meningkatkan keterlibatan dalam training agar
dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari training tersebut.
c. Evaluasi
pada akhir seluruh training
Evaluasi training yang sudah selesai bukanlah
merupakan embel-embel yang tidak penting, melainkan menjadi bagian integral
dari keseluruhan training. Dari hasil evaluasi seluruh training itu, semua
pihak yang terlibat dalam training (peserta training, trainer, penyelenggara)
mempunyai kepentingan. Oleh karena itu, evaluasi umum pada akhir seluruh
training tidak boleh ditiadakan.
Seperti
evaluasi ex temporer dan evaluasi pada akhir setiap sesi, tujuan evaluasi pada
akhir seluruh training adalah untuk mengetahui apakah training mencapai
tujuannya atau tidak. Jika mencapai tujuan apa indikatornya, jika tidak apa
gejala-gejalanya. Dari data yang menunjukkan bahwa training mencapai tujuannya
atau tidak, maka dapat diambil hikmah dan langkah-langkah untuk
training-training yang akan diadakan di kemudian hari, sehingga di masa datang,
baik pelatih maupun penyelenggara dapat mempertahankan hal-hal yang sudah baik,
melengkapi hal-hal yang masih kurang, membetulkan hal-hal yang kurang tepat,
meluruskan hal-hal yang salah arah, dan meningkatkan hal-hal yang sudah baik.
[1]
asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Evaluasi-Ke-Efektifan-Program-Pelatihan_Regina-Dety-dkk.pdf diunduh
pada tanggal : 13 September
2014. h. 3
[2]http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/116490-T%2024460-Evaluasi%20rencana-Tinjauan%20literatur.pdf
diunduh pada tanggal : 13
September 2014. h. 18
diunduh pada
tanggal : 10 September 2014. h. 8
[5]http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/116490-T%2024460-Evaluasi%20rencana-Tinjauan%20literatur.pdf
diunduh pada tanggal : 13
September 2014. h. 23
diunduh pada
tanggal : 10 September 2014. h. 3-6
[7]asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Evaluasi-Ke-Efektifan-Program-Pelatihan._Regina-Dety-dkk.pdf diuduh
pada tanggal : 13 September
2014. h.6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar