Peran Dalam Pelatihan
A. Peran Organisasi
Perusahaan yang akan sukses adalah perusahaan yang mengerti
bagaimana pentingnya dan apa upaya-upaya yang harus diwujudkan untuk
melaksanakan strategi pengembangan SDM tersebut. Hubungan seorang karyawan dan
pimpinan bukan hanya terikat atas hubungan kerja, namun secara manusiawi
keduanya juga saling berinteraksi, maka strategi pengembangan SDM merupakan
bentuk apresiasi seorang pimpinan terhadap karyawan dalam aspek humanis.
Maka semua karyawan, manajer, trainer profesional, dan
manajemen atas harus ikut berkomitmen. Hal tersebut akan mempengaruhi seberapa
sering dan seberapa baik sistem pelatihan yang ada digunakan. Jika para manajer
tidak terlibat dalam proses pelatihan (misalnya menentukan topik pelatihan dan
ikut serta sebagai trainer), pelatihan dapat menjadi tidak sesuai dengan
kebutuhan bisnis.
Sebagai hasilnya, dampak pelatihan dalam membantu perusahaan
menjadi terbatas, karena manajer hanya merasa bahwa pelatihan dipaksakan kepada
mereka, dan bukan untuk membantu mencapai tujuan bisnis yang diinginkan. Proses
kedua, yakni analisa kebutuhan (instrumen yang digunakan, sumber data dan
kerangka analisa) juga perlu dilakukan dengan tepat agar desain pelatihan yang
dirancang benar-benar dapat mewakili kebutuhan.
Aspek non-administratif bertujuan untuk meningkatkan komitmen
terhadap pelatihan, dan dibagi menjadi aspek ‘beyond the training’ (sebelum dan
sesudah pelatihan) serta ‘demonstrating value contribution’. Pada aspek ‘beyond
the training’ – sebelum pelatihan, pemberian informasi/marketing mengenai
pelatihan serta seleksi para peserta dan pengukuran tingkat kemampuan sebelum
pelatihan merupakan hal yang penting; sementara sesudah pelatihan, perlu adanya
perhatian ekstra terhadap lingkungan kerja, pengembangan organisasi, motivasi
dan penghargaan, serta keterlibatan manajemen agar pelatihan dapat
diimplementasikan dan menghasilkan peningkatan yang permanen. Pada ‘demonstrating
value contribution’, menekankan perlunya HR untuk mendemonstrasikan hasil dan impact
daripada investasi yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Learning, Training
and Development. Hal ini dilakukan melalui evaluasi secara sistematik terhadap
pelatihan yang telah dijalankan. Evaluasi pelatihan merujuk pada proses yang
dilakukan untuk mengumpulkan hasil atau kriteria khusus yang diperlukan agar
dapat diketahui apakah pelatihan sudah efektif dan keuntungan telah diperoleh
(Noe, 2008). Dalam sistem pelatihan, aspek administratif dan non-administratif
memiliki peran yang sama pentingnya untuk menghasilkan business impact.
Berikut
adalah peran dari organisasi dalam pelatih
n Menyusun
rencana pelatihan dan pengembangan pegawai
n Menyusun
prioritas pengembangan pegawai
n Memilih
program pelatihan yang efektif
n Menyusun
kalender program pendidikan dan pelatihan
n Menyiapkan
anggaran pengembangan pegawai yang lebih efektif
n Mendukung
pencapaian kinerja usaha.
n Mengidentifikasi
kebutuhan keterampilan pegawai dan memberi umpan balik
B. Peran Peserta
- Fokus pada kelas itu sendiri. Ini berarti hadir, tertarik, dan aktif terlibat. Mendengarkan orang lain dan berbagi pengalaman Anda sendiri juga.
- Berpartisipasi aktif dalam latihan. Langsung ke percakapan. Lengkapi kegiatan. Relawan untuk bermain peran.
- Hubungkan bahan untuk pekerjaan mereka sendiri. Memberikan contoh. Pikirkan tentang cara Anda dapat mengambil pembelajaran kembali ke pekerjaan sehari-hari Anda. Memilah, "Apa yang ada di ini untuk saya dan untuk pekerjaan saya?" Semakin Anda dimasukkan ke dalamnya, semakin Anda cenderung untuk mengambil.
- Angguk dan gelengkan kepala. Tidak ini bukan kelas tari, tapi ketika ditanya pertanyaan, jangan biarkan instruktur mengetahui tanggapan Anda. Mengangguk dan menggelengkan kepala sangat membantu untuk instruktur serta peserta ketika mereka mengajukan pertanyaan! Bayangkan mengajukan pertanyaan kepada seseorang, dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Biarkan orang tahu Anda berada di sana dengan menanggapi ketika Anda bisa.
- Nikmati kelas sebanyak mungkin. Carilah konten yang berguna bagi Anda. Nikmati pertanyaan peserta lain. Tertawa banyak (tentu saja ini berarti tertawa dengan, bukan menertawakan). Semakin banyak kenikmatan, biasanya, semakin belajar.
- Ajukan pertanyaan. Ajukan pertanyaan tentang apa yang Anda ingin tahu lebih banyak tentang. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas makna atau spesifik.
- Katakanlah apa yang akan membantu. Mintalah instruktur untuk lebih banyak waktu pada latihan, misalnya. Biarkan instruktur tahu apa yang bekerja untuk Anda, terutama ketika ditanya.
- Mengurus kebutuhan pribadi. Membawa sweter jika Anda cenderung untuk mendapatkan dingin; berdiri dan meregangkan jika yang membantu Anda berkonsentrasi; mendapatkan secangkir air.
- Ambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Tidak ada lagi pergi sejauh membuat pilihan untuk belajar dan aktif berpartisipasi.
- Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik, baik tentang apa yang Anda sukai serta perbaikan dan saran. Kebanyakan program menawarkan bentuk evaluasi di akhir kelas. Bahkan program yang paling baik tidak selalu memenuhi kebutuhan semua orang. Memberikan umpan balik yang produktif sangat membantu untuk semua orang.[1]
C. Peran Pelatih
Pelatih atau instruktur adalah
seseorang yang memberikan latihan kepada karyawan. Pelatih memberikan peranan
penting terhadap kemajuan kemampuan karyawan yang akan dikembangkan.
Pelaksanaan pelatihan dalam rangka pelaksanaan kurikulum berlangsung dalam
suatu proses pembelajaran, di mana pelatih mengembangkan peranan-peranan
tertentu. Berbagai peranan tersebut, meliputi:
Peranan sebagai pengajar;
Pelatih berperan menyampaikan
pengetahuan dengan cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa
konsep-konsep, fakta dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan pengetahuan
para peserta dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri
pengetahuan yang mereka butuhkan.
Peranan sebagai pemimpin kelas;
Pelatih berperan sebagai pemimpin
kelas secara keseluruhan, pemimpin kelompok dan sekaligus anggota kelompok.
Karena perannya itu maka setiap pelatih perlu menyusun perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan penilaian selama berlangsungnya proses pembelajaran
itu.
Peranan sebagai pembimbing;
Pelatih perlu memberikan bantuan dan
pertolongan kepada peserta mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam
kegiatan belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif
membimbing dirinya sendiri. Bentuk bimbingan yang diberikan barangkali dalam
bentuk mengarahkan, memotivasi, membantu memecahkan masalah dan kegiatan
pembimbingan lainnya.
Peranan sebagai fasilitator;
Pelatih berperan menciptakan kondisi
lingkungan yang memungkinkan peserta belajar aktif. Fasilitas itu meliputi
penyediaan alat, bahan, suasana yang merangsang dan menantang, pemberian
masalah, sikap dan pribadi pelatih yang mengajak, dan sebagainya. Dengan
oenataan lingkungan kelas yang baik, maka proses pembelajaran menjadi efektif.
Peranan sebagai peserta aktif;
Pelatih sering melaksanakan diskusi
kelompok, kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah, misalnya merumuskan
masalah, mencari data dan membuat kesimpulan dan kondisi dapat menyebabkan
terjadinya debat yang tak kunjung berakhir. Pelatih dapat berperan serta
sebagai peserta dalam kelompok diskusi itu dengan cara memberikan informasi,
mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, menunjukkan sumber-sumber
yang diperlukan dan sebagainya.
Peranan sebagai ekspeditor;
Pelatih juga melaksanakan peranan
dengan melakukan pencarian, penjelajahan dan penyediaan mengenai sumber-sumber
yang diperlukan kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber tercetak
dari masyarakat dari lembaga lainnya dalam rangka menunjang kegiatan belajar
peserta.
Peranan sebagai perencana pembelajaran;
Pelatih berperan menyusun
perencanaan pembelajaran, mulai dari rencana materu pelatihan yang disusun
berdasarkan GBPP, perencanaan satuan acara pertemuan. Keberhasilan proses
pelatihan juga turut ditentukan oleh kegiatan pelatihan dalam pembuatan
rencana-rencana tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran selalu dan
sesuai dengan perkembangan kondisi kelembagaan. Karena itu erat kaitannya
dengan pemberian acuan kepada pelatih dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Peranan sebagai pengawas;
Pelatih harus mengawasi kelas terus
menerus supaya proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang
dihadapi oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina
dengan baik dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil.
Peranan sebagai motivator;
Pelatih perlu terus menggerakkan
motivasi belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran
maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada. Motivasi penting artinya
bagi peserta supaya kegiatan belajarnya lebih aktif, misalnya mengikuti
ceramah, membuat tugas-tugas, membaca materi pelatihan yang telah disediakan,
melaksanakan praktek lapangan dan sebagainya.
Peranan sebagai evaluator;
Pelatih berkewajiban melakukan
penilaian, pada awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan
pada awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan pada akhir
pelatihan dnegan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan dan pengamatan.
Penilaian ini penting untuk membantu peserta dmengetahui kemajuan belajarnya,
kesulitan dan masalah yang ditemuinya, membantunya dengan bimbingan dan untuk
kepentingan administrasi kediklatan.
Peranan sebagai konselor;
Konseling perlu dilakukan oleh
pelatih.kesulitan dalam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika
perlu dan memungkinkan maka pelatih dapat memberikan penyukuhan tentang
kesulitan pribadi dan sosial. Pelaksanaan konseling dapat berlangsung selama
proses pembelajaran atau dilaksanakan secara khusus dalam kesempatan yang
khusus untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan.
Peranan sebagai penyelidik, sikap dan niat;
Sistem nilai yang dijadikan sebagai
panutan hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga peserta
pelatihan itu pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena pandangan hidup, keyakinan dan
sikap hidup para pesesrta perlu diamati dan dibimbing sesuai dengan tuntutan
lapangan pekerjaan kelak.[2]
[1] https://hrweb.mit.edu/learning-development/engaged-participant
(diunduh pada 12/09/14 pukul 10.15 WIB)
[2]
Oemar Hamalik,
Pengembangan
Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 157.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar