Minggu, 07 Desember 2014

peran dalam pelatihan

Peran Dalam Pelatihan
A. Peran Organisasi
Perusahaan yang akan sukses adalah perusahaan yang mengerti bagaimana pentingnya dan apa upaya-upaya yang harus diwujudkan untuk melaksanakan strategi pengembangan SDM tersebut. Hubungan seorang karyawan dan pimpinan bukan hanya terikat atas hubungan kerja, namun secara manusiawi keduanya juga saling berinteraksi, maka strategi pengembangan SDM merupakan bentuk apresiasi seorang pimpinan terhadap karyawan dalam aspek humanis.
Maka semua karyawan, manajer, trainer profesional, dan manajemen atas harus ikut berkomitmen. Hal tersebut akan mempengaruhi seberapa sering dan seberapa baik sistem pelatihan yang ada digunakan. Jika para manajer tidak terlibat dalam proses pelatihan (misalnya menentukan topik pelatihan dan ikut serta sebagai trainer), pelatihan dapat menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Sebagai hasilnya, dampak pelatihan dalam membantu perusahaan menjadi terbatas, karena manajer hanya merasa bahwa pelatihan dipaksakan kepada mereka, dan bukan untuk membantu mencapai tujuan bisnis yang diinginkan. Proses kedua, yakni analisa kebutuhan (instrumen yang digunakan, sumber data dan kerangka analisa) juga perlu dilakukan dengan tepat agar desain pelatihan yang dirancang benar-benar dapat mewakili kebutuhan.
Aspek non-administratif bertujuan untuk meningkatkan komitmen terhadap pelatihan, dan dibagi menjadi aspek ‘beyond the training’ (sebelum dan sesudah pelatihan) serta ‘demonstrating value contribution’. Pada aspek ‘beyond the training’ – sebelum pelatihan, pemberian informasi/marketing mengenai pelatihan serta seleksi para peserta dan pengukuran tingkat kemampuan sebelum pelatihan merupakan hal yang penting; sementara sesudah pelatihan, perlu adanya perhatian ekstra terhadap lingkungan kerja, pengembangan organisasi, motivasi dan penghargaan, serta keterlibatan manajemen agar pelatihan dapat diimplementasikan dan menghasilkan peningkatan yang permanen. Pada ‘demonstrating value contribution’, menekankan perlunya HR untuk mendemonstrasikan hasil dan impact daripada investasi yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Learning, Training and Development. Hal ini dilakukan melalui evaluasi secara sistematik terhadap pelatihan yang telah dijalankan. Evaluasi pelatihan merujuk pada proses yang dilakukan untuk mengumpulkan hasil atau kriteria khusus yang diperlukan agar dapat diketahui apakah pelatihan sudah efektif dan keuntungan telah diperoleh (Noe, 2008). Dalam sistem pelatihan, aspek administratif dan non-administratif memiliki peran yang sama pentingnya untuk menghasilkan business impact.
Berikut adalah peran dari organisasi dalam pelatih
n  Menyusun rencana pelatihan dan pengembangan pegawai
n  Menyusun prioritas pengembangan pegawai
n  Memilih program pelatihan yang efektif
n  Menyusun kalender program pendidikan dan pelatihan
n  Menyiapkan anggaran pengembangan pegawai yang lebih efektif
n  Mendukung pencapaian kinerja usaha.
n  Mengidentifikasi kebutuhan keterampilan pegawai dan memberi umpan balik
B. Peran Peserta
  • Fokus pada kelas itu sendiri. Ini berarti hadir, tertarik, dan aktif terlibat. Mendengarkan orang lain dan berbagi pengalaman Anda sendiri juga.
  • Berpartisipasi aktif dalam latihan. Langsung ke percakapan. Lengkapi kegiatan. Relawan untuk bermain peran.
  • Hubungkan bahan untuk pekerjaan mereka sendiri. Memberikan contoh. Pikirkan tentang cara Anda dapat mengambil pembelajaran kembali ke pekerjaan sehari-hari Anda. Memilah, "Apa yang ada di ini untuk saya dan untuk pekerjaan saya?" Semakin Anda dimasukkan ke dalamnya, semakin Anda cenderung untuk mengambil.
  • Angguk dan gelengkan kepala. Tidak ini bukan kelas tari, tapi ketika ditanya pertanyaan, jangan biarkan instruktur mengetahui tanggapan Anda. Mengangguk dan menggelengkan kepala sangat membantu untuk instruktur serta peserta ketika mereka mengajukan pertanyaan! Bayangkan mengajukan pertanyaan kepada seseorang, dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Biarkan orang tahu Anda berada di sana dengan menanggapi ketika Anda bisa.
  • Nikmati kelas sebanyak mungkin. Carilah konten yang berguna bagi Anda. Nikmati pertanyaan peserta lain. Tertawa banyak (tentu saja ini berarti tertawa dengan, bukan menertawakan). Semakin banyak kenikmatan, biasanya, semakin belajar.
  • Ajukan pertanyaan. Ajukan pertanyaan tentang apa yang Anda ingin tahu lebih banyak tentang. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas makna atau spesifik.
  • Katakanlah apa yang akan membantu. Mintalah instruktur untuk lebih banyak waktu pada latihan, misalnya. Biarkan instruktur tahu apa yang bekerja untuk Anda, terutama ketika ditanya.
  • Mengurus kebutuhan pribadi. Membawa sweter jika Anda cenderung untuk mendapatkan dingin; berdiri dan meregangkan jika yang membantu Anda berkonsentrasi; mendapatkan secangkir air.
  • Ambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Tidak ada lagi pergi sejauh membuat pilihan untuk belajar dan aktif berpartisipasi.
  • Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik, baik tentang apa yang Anda sukai serta perbaikan dan saran. Kebanyakan program menawarkan bentuk evaluasi di akhir kelas. Bahkan program yang paling baik tidak selalu memenuhi kebutuhan semua orang. Memberikan umpan balik yang produktif sangat membantu untuk semua orang.[1]
C. Peran Pelatih
Pelatih atau instruktur adalah seseorang yang memberikan latihan kepada karyawan. Pelatih memberikan peranan penting terhadap kemajuan kemampuan karyawan yang akan dikembangkan. Pelaksanaan pelatihan dalam rangka pelaksanaan kurikulum berlangsung dalam suatu proses pembelajaran, di mana pelatih mengembangkan peranan-peranan tertentu. Berbagai peranan tersebut, meliputi:
*      Peranan sebagai pengajar;
Pelatih berperan menyampaikan pengetahuan dengan cara menyajikan berbagai informasi yang diperlukan berupa konsep-konsep, fakta dan informasi lainnya yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta dengan cara melibatkan mereka secara aktif untuk mencari sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.
*      Peranan sebagai pemimpin kelas;
Pelatih berperan sebagai pemimpin kelas secara keseluruhan, pemimpin kelompok dan sekaligus anggota kelompok. Karena perannya itu maka setiap pelatih perlu menyusun perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian selama berlangsungnya proses pembelajaran itu.
*      Peranan sebagai pembimbing;
Pelatih perlu memberikan bantuan dan pertolongan kepada peserta mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing dirinya sendiri. Bentuk bimbingan yang diberikan barangkali dalam bentuk mengarahkan, memotivasi, membantu memecahkan masalah dan kegiatan pembimbingan lainnya.
*      Peranan sebagai fasilitator;
Pelatih berperan menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan peserta belajar aktif. Fasilitas itu meliputi penyediaan alat, bahan, suasana yang merangsang dan menantang, pemberian masalah, sikap dan pribadi pelatih yang mengajak, dan sebagainya. Dengan oenataan lingkungan kelas yang baik, maka proses pembelajaran menjadi efektif.
*      Peranan sebagai peserta aktif;
Pelatih sering melaksanakan diskusi kelompok, kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah, misalnya merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan dan kondisi dapat menyebabkan terjadinya debat yang tak kunjung berakhir. Pelatih dapat berperan serta sebagai peserta dalam kelompok diskusi itu dengan cara memberikan informasi, mengarahkan pemikiran, menunjukkan jalan pemecahan, menunjukkan sumber-sumber yang diperlukan dan sebagainya.
*      Peranan sebagai ekspeditor;
Pelatih juga melaksanakan peranan dengan melakukan pencarian, penjelajahan dan penyediaan mengenai sumber-sumber yang diperlukan kelas atau kelompok peserta, baik dari sumber-sumber tercetak dari masyarakat dari lembaga lainnya dalam rangka menunjang kegiatan belajar peserta.
*      Peranan sebagai perencana pembelajaran;
Pelatih berperan menyusun perencanaan pembelajaran, mulai dari rencana materu pelatihan yang disusun berdasarkan GBPP, perencanaan satuan acara pertemuan. Keberhasilan proses pelatihan juga turut ditentukan oleh kegiatan pelatihan dalam pembuatan rencana-rencana tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran selalu dan sesuai dengan perkembangan kondisi kelembagaan. Karena itu erat kaitannya dengan pemberian acuan kepada pelatih dalam melaksanakan proses pembelajaran.
*      Peranan sebagai pengawas;
Pelatih harus mengawasi kelas terus menerus supaya proses pembelajaran senantiasa terarah, kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta dapat segera ditanggulangi, disiplin kelas dapat dibina dengan baik dan semua kegiatan berlangsung dengan tertib dan berhasil.
*      Peranan sebagai motivator;
Pelatih perlu terus menggerakkan motivasi belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada. Motivasi penting artinya bagi peserta supaya kegiatan belajarnya lebih aktif, misalnya mengikuti ceramah, membuat tugas-tugas, membaca materi pelatihan yang telah disediakan, melaksanakan praktek lapangan dan sebagainya.
*      Peranan sebagai evaluator;
Pelatih berkewajiban melakukan penilaian, pada awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan pada awal pelatihan, selama berlangsungnya proses pembelajaran dan pada akhir pelatihan dnegan cara memberikan tes tertulis, pertanyaan lisan dan pengamatan. Penilaian ini penting untuk membantu peserta dmengetahui kemajuan belajarnya, kesulitan dan masalah yang ditemuinya, membantunya dengan bimbingan dan untuk kepentingan administrasi kediklatan.
*      Peranan sebagai konselor;
Konseling perlu dilakukan oleh pelatih.kesulitan dalam belajar sudah tentu kewajiban utama pelatih, namun jika perlu dan memungkinkan maka pelatih dapat memberikan penyukuhan tentang kesulitan pribadi dan sosial. Pelaksanaan konseling dapat berlangsung selama proses pembelajaran atau dilaksanakan secara khusus dalam kesempatan yang khusus untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan.
*      Peranan sebagai penyelidik, sikap dan niat;
Sistem nilai yang dijadikan sebagai panutan hidup dan sikapnya perlu diselidiki, mengingat semua tenaga peserta pelatihan itu pada gilirannya akan didayagunakan sebagai tenaga kerja yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena pandangan hidup, keyakinan dan sikap hidup para pesesrta perlu diamati dan dibimbing sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan kelak.[2]



[2] Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 157.