Minggu, 30 November 2014

Evaluasi Pelatihan Senin,24112014



Evaluasi Pelatihan
Pada hari senin, 24 Nov 2014 mahasiswa Manajemen Pendidikan 2012 kelas A melakukan sikusi mengenai “Evaluasi Pelatihan”. Berikut merupakan beberapa rangkuman dari diskusi yang dilakukan oleh kelompok saya:
Dalam bahasan yang pertama teman saya memaparkan beberapa definisi evaluasi pelatihan menurut para ahli.
·         Menurut Noe (2002), evaluasi pelatihan merujuk pada proses mengumpulkan hasil-hasil yang diperlukan untuk menentukan apakah suatu pelatihan efektif atau tidak. Yadapadithaya (2001) dalam penelitian yang berjudul “Evaluating Corporate Training and Development : An Indian Experience” mengemukakan bahwa bentuk dasar evaluasi pelatihan adalah perbandingan objektif dengan pengaruh-pengaruhnya untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh pelatihan telah mencapai tujuannya. Hal senada juga diutarakan oleh Alvarez, Salas dan Garofano (2004) bahwa evaluasi pelatihan adalah teknik pengukuran untuk mengetahui sejauh mana program pelatihan memenuhi tujuan-tujuan yang diinginkan. Jadi, evaluasi pelatihan berfokus pada hasil-hasil pembelajaran yang kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan tujuan awal diselenggarakannya program pelatihan.[1]
·         Menurut Mathis dan Jackson (2002:31), bahwa evaluasi pelatihan adalah membandingkan hasil-hasil setelah pelatihan dengan tujuan yang diharapkan para manajer, pelatih serta peserta pelatihan.[2]
·         Evaluasi pelatihan adalah suatu proses atas pengumpulan informasi untuk membuat keputusan tentang kegiatan pelatihan.[3]
·         Evaluasi diklat adalah sebuah evaluasi yang komprehensif untuk menilai keberhasilan program diklat, khususnya berkaitan dengan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan diklat.[4]
Berdasarkan para ahli tersebut saya mentesiskan Evaluasi pelatihan dapat diartikan sebagai proses penilaian yang dilakukan dalam suatu kegiatan pelatihan untuk mengukur seberapa efisien dan efektif kah pelatihan ini dan apakah tujuan dari pelatihan ini tercapai atau tidak.
Pembahasan yang kedua adalah mengenai teknik dan metode evaluasi pelatihan. Ada beberapa teknik dan metode menurut para ahli. Berikut merupakan paparannya:
Evaluasi program pelatihan dapat dipengaruhi oleh karakteristik demografi dan 4 metode dalam model evaluasi pelatihan Kirkpatrick yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Berikut ini penjelasan tentang model evaluasi pelatihan Kirkpatrick :[5]
1.      Reaksi Peserta; adalah level pertama dan paling rendah dari evaluasi. Ini mengukur kepekaan peserta mengenai satu pengalaman belajar berencana. Bentuk yang paling umum dari evaluasi, ini mudah untuk mengatur dan menyediakan umpan balik secara langsung mengenai pelatih, fasilitas, bahan, metode MD. Reaksi peserta adalah ukuran dari seluruh rangkaian kursus ”penelitian kelayakan”, wawancara tidak resmi dengan peserta dan diskusi kelompok.
Untuk mengakali efektifitas reaksi peserta, hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1)      Memperjelas hal-hal yang mengemuka yang akan dievaluasi.
2)      Mempersiapkan kuesioner, bentuk wawancara, atau petunjuk diskusi untuk tujuan akhir kursus yang digunakan untuk evaluasi hal-hal yang mengemuka.
3)      Mengatur penelitian, memandu wawancara, atau mengumpulkan informasi mengenai reaksi peserta.
4)      Mengumpulkan hasil-hasil evaluasi.
5)      Memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait.
2.      Pengetahuan Peserta; adalah level kedua dari hirarki Kirkpatrick atas evaluasi. Ini mengukur seberapa besar kesempatan peserta sebagai sebuah hasil dari suatu pengalaman pengetahuan. Evaluasi atas pengetahuan peserta menyempurnakan lebih banyak informasi objektif daripada melakukan evaluasi atas reaksi peserta. Pengetahuan peserta khusus mengukur dokumen dan pensil untuk tes, peragaan dan aturan-aturan main, diantara metode-metode lainnya.
3.      Kinerja Peserta; mengukur bagaimana peserta pelatihan telah berubah perilakunya akibat program pelatihan ang diikutinya.
4.      Hasil; mengukur apa hasil yang diperoleh, karena peserta pelatihan mengikuti program pelatihan, misalnya meningkatnya produktivitas dan lainnya.

Evaluasi Model ROI
      Jack J. Philips melengkapi menjadi pengukuran level 5 yaitu melakukan evaluasi diklat yang disebut dari sisi tingkat pengembalian diklat (Return On Investment/ROI) atau biasa juga dikenal dengan istilah Return on Training Investment/ROI) yaitu mengukur manfaat diklat dibandingkan dengan biayanya.


Pelaksanaan evaluasi diklat dapat dilakukan dalam empat tahapan utama:[6]
1.   Perencanaan Evaluasi
Tahap pertama terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu mengembangkan tujuan evaluasi dan mengembangkan rencana evaluasi. Pada tahap perencanaan evaluasi diklat ini perlu memperhatikan tujuan dari program diklat yang hendak dievaluasi sebagai dasar untuk merencanakan rencana evaluasi. Pemahaman mengenai program diklat juga akan membantu pada tahap pengumpulan data pada saat evaluasi, baik evaluasi level 1 dan level 2. Selain itu, perancangan program evaluasi diklat akan membantu evaluator diklat untuk menetapkan jenis data yang akan diperoleh, bagaimana mendapatkan data, melakukan isolasi dampak diklat dan lain-lain 
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini evaluator program diklat mengumpulkan data-data yang relevan untuk evaluasi sesuai dengan rancangan dan tujuan dari evaluasi diklat ini. Dalam evaluasi diklat, tidak semata-mata hanya mengumpulkan data yang terkait dengan aktifitas setelah selesai kegiatan program diklat, namun demikian harus juga mengumplkan data program diklat (tujuan, peserta, metode diklat, dan lain-lain) serta data-data dan hasil evaluasi dari level 1 dan 2. Gagal mendapatkan data tentang program diklat, demikian juga gagal mendapatkan hasil evaluasi program diklat level 1 dan 2, dapat menimbulkan salah dalam pengambilan kesimpulan hasil evaluasi. 
3.      Analisis Dan Evaluasi Data
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis data yang terdiri dari 5 kegiatan pokok. Mengisolasi pengaruh pelatihan, mengkonversi data kedalam nilai uang, dapatkan biaya program pelatihan, hitung ROI, dan identifikasi manfaat lain (intangible benefits). Perencanaan diklat yang baik akan membantu menetapkan jenis data yang diperoleh, sehingga analisis dan evaluasi data akan semakin mudah. Dalam analisis dan evaluasi data ini perlu dipertimbangkan data-data yang relevan dan tidak relevan dalam proses analisis, termasuk mempertimbangkan dampak dari program diklat.  Dalam banyak kasus evaluasi diklat, evaluator gagal untuk mengisolasi dampak diklat. Contohnya, pengukuran kinerja pasca diklat, yang mana kinerja yang merupakan hasil dari diklat dan yang mana kinerja ang bukan merupakan hasil diklat.
              Untuk mengisolasi dampak diklat umumnya dipergunakan “control group”. Control group akan dibandingkan antara data dan hasil analisis bagi group yang mengikuti diklat dan group ang tidak mengikuti program diklat.
4.      Pelaksanaan hasil evaluasi diklat
Melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan selama proses evaluasi, mulai dari perencanaan sampai pada kesimpulan dan tindak lanjut. Model evaluasi lain adalah model yang dikemukakan oleh Tannenbaum, Cannon-Bower, Salas & Mathieu (1993, dalam Alvarez et, al, 2004). Model ini merupakan perluasaaan dari model Kirkpatrick. Ada penambahan beberapa dimensi dalam modelnya yaitu posttraining attitudes juga training performance dan transfer performance yang keduanya merupakan bagian dari behavior. Adapun pembelajaran dikaitkan training performance. Menurut mereka training performance dikaitkan dengan transfer performance dan transfer performance dikaitkan dengan hasil (result), sedangkan reaksi terhadap pelatihan dan posttraining attitudes tidak berhubungan dengan target evaluasi sama sekali.[7]
                        Berdasarkan banyaknya model evaluasi pelatihan yang ada, Noe (2002) membagi evaluasi pelatihan menjadi dua pendekatan, yaitu formative evaluation dan summative evaluation. Formative evaluation merujuk pada evaluasi yang dilakkan untuk meningkatkan proses pelatihan. Jadi, formative evaluation membantu untuk menjamin bahwa program pelatihan terorganisir dengan baik, berjalan dengan lancar, dan partisipan dapat belajar serta puas dengan program. Summative evaluation merujuk pada evaluasi ang dilakukan untuk menentukan tingkat sejauh mana partisipan sudah berubah sebagai akibat dari mengikuti program pelatihan. Perubahan itu antara sudah berubah sebagai akibat dari mengikuti program pelatihan. Perubahan itu antara lain partisipan telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku atau hasil lain yang telah ditentukan sebagai tujuan-tujuan pelatihan. Summative evaluation ini juga biasanya mencakup penukuran manfaat pelatihan dalam bentuk moneter yang diterima perusahaan.

Pembahasan yang ketiga adalah mengenai Prosedur dan Proses Evaluasi Pelatihan.
Untuk membuat evaluasi dibutuhkan tiga langkah pokok, yaitu :[8]
1.      Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang meliputi materi, penyajian dan pengolahan materi, urutan pelaksanaan sesi, partisipasi pekerja, kinerja trainer, kerja penyelenggara, suasana training yang tercipta, tempat akomodasi dan konsumsi, manfaat training bagi peserta, dan tanggapan/saran untuk perbaikan training yang akan datang. 
Data evaluasi dapat dikumpulkan melalui dua cara, yaitu:
·         Pre test dan post test, untuk menilai sejauh mana tujuan training tercapai;
·         Pengamatan, wawancara, kuisoner, daftar cek, daftar isian, dan kesan atau tanggapan peserta, untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai oleh peserta training.
2.      Langkah kedua, menyusun data itu menjadi suatu kumpulan data berdasarkan kerangka tertentu. Dari data training yang sudah disusun itu, ditarik kesimpulan tentang segala sesuatu yang terjadi dalam training, jalannya training, hasil yang diperoleh peserta training, dari training yang telah diikuti.
3.      Langkah ketiga adalah membuat analisis data data tentang pelaksanaan training untuk mengetahui sejauhmana tujuan training tercapai. Jika tujuan tidak tercapai, maka dicari penyebabnya. Jika tercapai, dicari faktor-faktor pendukungnya. Dari hasil analisis itu, dibuat kesimpulan bahwa training dengan segala segi dan unsur-unsurnya sebagai proses pembelajaran dan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan peserta telah mencapai atau tidak mencapai tujuan.
                  Evaluasi pelatihan tidak dapat terlepas dari cara-cara evaluasi yang dilakukan. Ada tiga macam cara, menurut Hardjana (2001:64), yaitu antara lain evaluasi selama proses training berlangsung, evaluasi pada akhir setiap sesi, dan evaluasi pada akhir seluruh training.
a.      Evaluasi selama proses training
Selama pelaksanaan training, evaluasi harus terus menerus diadakan. Evaluasi ini disebut ex temporer atau evaluasi sesaat, karena dilakukan bersamaan saatnya dengan jalannya training.
            Seperti sudah diketahui bahwa training terdiri dari rangkaian sesi pada awal, tengah, dan akhir training. Sebelum melaksanakan setiap sesi, sebaiknya trainer (pelatih) sudah merumuskan tujuan tertentu agar pada waktu pelaksanaan, trainer dapat mengamati apa yang terjadi dalam training, membuat evaluasi, dan mengambil langkah yang sesuai untuk mencapai tujuan tiap sesi. Selama kegiatan dalam sesi berlangsung, trainer mengamati perilaku peserta, keterlibatan peserta dalam training, cara kerja tim trainer (jika melaksanakan training dalam tim), suasana training, dan kerja penyelenggara. Berdasarkan hasil pengamatan itu, trainer membuat evaluasi dan mengambil tindakan yang menurutnya tepat. Tujuan utama evaluasi selama proses training adalah membantu peserta agar dapat mengikuti training dengan baik sehingga keseluruhan training mencapai tujuannya.
b.      Evaluasi pada akhir setiap sesi
Setiap sesi mempunyai tujuannya sendiri yang merupakan bagian dari tujuan seluruh training. Jika tiap-tiap sesi mencapai tujuannya, maka kemungkinan besar tujuan seluruh training tercapai.
            Setelah kegiatan suatu sesi terlaksana, trainer kemudian membuat evaluasi. Data utama yang dikumpulkan dari setiap kegiatan dalam sesi meliputi: materi yang disajikan, proses pengolahan materi, dan manfaat sesi bagi para peserta. Berdasarkan data yang dikumpulkan itu, trainer membuat analisis mengenai tercapai tidaknya tujuan acara, serta membuat identifikasi faktor pendukung dan penghambatnya. Berdasarkan hasil analisis ini, trainer dapat mengambil kesimpulan apakah suatu sesi mencapai tujuannya atau tidak. Trainer dapat pula mencatat sejauh mana acara berhasil atau tidak, kemudian mencari sebab-sebabnya.
            Jika kesimpulan sudah dibuat, trainer sebaiknya memperkirakan apakah sesi berikutnya perlu dipertahankan sesuai program atau tidak diganti dengan sesi lain. Demi tercapainya tujuan seluruh training, jika dipandang perlu, trainer dapat mengambil langkah untuk memperbaiki sikap, perilaku, metode training, mengubah metode pengolahan suatu sesi dalam kelompok kecil atau dalam pleno, atau memberi pengarahan dan petunjuk kepada peserta untuk meningkatkan keterlibatan dalam training agar dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari training tersebut.
c.       Evaluasi pada akhir seluruh training
Evaluasi training yang sudah selesai bukanlah merupakan embel-embel yang tidak penting, melainkan menjadi bagian integral dari keseluruhan training. Dari hasil evaluasi seluruh training itu, semua pihak yang terlibat dalam training (peserta training, trainer, penyelenggara) mempunyai kepentingan. Oleh karena itu, evaluasi umum pada akhir seluruh training tidak boleh ditiadakan.
            Seperti evaluasi ex temporer dan evaluasi pada akhir setiap sesi, tujuan evaluasi pada akhir seluruh training adalah untuk mengetahui apakah training mencapai tujuannya atau tidak. Jika mencapai tujuan apa indikatornya, jika tidak apa gejala-gejalanya. Dari data yang menunjukkan bahwa training mencapai tujuannya atau tidak, maka dapat diambil hikmah dan langkah-langkah untuk training-training yang akan diadakan di kemudian hari, sehingga di masa datang, baik pelatih maupun penyelenggara dapat mempertahankan hal-hal yang sudah baik, melengkapi hal-hal yang masih kurang, membetulkan hal-hal yang kurang tepat, meluruskan hal-hal yang salah arah, dan meningkatkan hal-hal yang sudah baik.




[1] asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Evaluasi-Ke-Efektifan-Program-Pelatihan_Regina-Dety-dkk.pdf  diunduh pada tanggal : 13 September 2014. h. 3
[3] ibid. h.18
    diunduh pada tanggal : 10 September 2014. h. 8
   diunduh pada tanggal : 10 September 2014. h. 3-6

[7]asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Evaluasi-Ke-Efektifan-Program-Pelatihan._Regina-Dety-dkk.pdf  diuduh pada tanggal : 13 September 2014. h.6
[8] Agus M. Hardjana, Training SDM Yang Efektif  (Yogyakarta: Kanisius, 2001). h.63 (Bab VI)